Thursday, November 14, 2019

SEMEN [Esai Critical Context]


S E M E N


Material ini yang sangat signifikan yang saya alami perubahannya dalam pikiran saya. Memasuki perkuliahan arsitektur merupakan sebagai pengantar menuju dunia arsitektur. Saya bagai manusia yang baru saja keluar dari sebuah gua dalam Teori Gua menurut Plato. 


Bagi orang awam semen dijadikan material pelapis dinding, material yang belum mencapai titik sempurna sebelum ia dilapisi dengan cat. Saya pun mengamini pernyataan tersebut sebelum memasuki dunia arsitektur.

Saya sekarang telah memasuki dunia arsitektur, mengalami arsitektur itu sendiri, mendapatkan perspektif baru jikalau semen bisa menjadi material sempurna, bisa berdiri sendiri tanpa harus diiringi (dilapisi) dengan cat. Semen material sempurna yang diiringi dengan kata “unfinished”.

Dan seperti Teori Gua dari Plato, orang yang keluar gua kembali lagi menuju gua untuk memberi tahu kawannya. Saya telah memasuki dunia arsitektur dan ingin memberitahukan orang-orang gua (keluarga saya) kalau semen adalah material sempurna. Dan benar saja, keluarga saya masih belum menerima semen ialah material sempurna, material terakhir untuk dinding. Sama seperti orang-orang gua yang menganggap dunia luar gua itu tidak ada, orang gua itu nyaman dengan kondisinya di dalam gua.

Renovasi rumah berjalan seperti kemauan orang tua saya, dilapisi cat, berwarna, karena ingin terlihat mencolok. Agar para tetangga tahu kalau rumah ini ada dan baru.




Tulisan ini merupakan esai yang saya ikut sertakan sebagai syarat untuk mengikuti seleksi program Critical Context Unit Surabaya 2019.
Unit Master : Pak Defry & Pak Endy 
Tema : Monokromatik Tektonik

No comments:

Post a Comment

Ini ceritaku apa komentarmu?

Ikut-ikut


@bilasahil


Follow Me


bilasahil 2010-2021. Powered by Blogger.