Sunday, April 15, 2018

3 Billboards Outside Ebbing, Missouri [Review Film]

 Sebuah judul yang terlalu panjang dan tak terlalu memikat untuk sebuah film yang berdurasi agak lama. Billboard atau papan iklan di pinggir jalan yang dijadikan ide utama, sebuah objek yang biasanya tak terpikirkan dan biasanya ketika kita melihatnya diperjalanan, papan iklan akan terlewat begitu saja di pikiran kita, tak terlalu penting. Lalu bagaimana sebuah Tiga Papan Iklan di luar Ebbing, Missouri menjadi begitu penting?



Aslinya bukan mau review sih, tapi malah spoiler. Selama nonton film ini gua mencoba nulis apa yang didapat di film. Dan gambar di atas adalah salah satu respon gua setelah nonton film, karena filmnya yang menurut gua cukup bagus. Dan pantes aja dapet penghargaan 2 Oscar dan penghargaan-penghargaan lain yang gak gua tulis di gambar (artwork) yang gue bikin.

gambar sebelum diedit dibikin di SketchUp
SINOPSIS
Ibu yang memiliki 2 orang anak; 1 laki-laki dan 1 perempuan menyewa sebuah 3 papan iklan yang lokasinya berada di perbatasan karena papan iklan itu udah ga disewa sama siapa-siapa lagi sejak kapan tau. Alasan si ibu menyewa karena anak perempuannya meninggal dan diperkosa.

Sudah beberapa bulan semenjak anaknya meninggal, si ibu belum dapet perkembangan apa pun hasil investigasi polisi. Karena sudah lelah menunggu dan si ibu menganggap polisi makan gaji buta akhirnya si ibu menyewa papan iklan tersebut agar supaya sehingga para pak bapak pulisi ngerasa kecubit dan mulai gak gabut lagi.

Karena papan iklan yang diliatin rangorang sekampung Ebbing akhirnya menimbulkan suatu efek, gimana efeknya? tontonen ae wes

Maafkan gua yang bikin sinopsis awalnya gaya bahasa serius eeee tetiba ngelantur.


SPOILER ALERT!

Berikut beberapa poin yang gua dapat setelah menonton 3 Billboards Outside Ebbing, Missouri
- Kalo diambil sebuah teori, teori yang diambil ialah Efek Domino. Di mana setelah 3 buah papan iklan itu disewa sama seseorang langsung memberikan efek ke orang-orang yang berhubungan dengan isi pesan dari papan iklan tersebut.

- Dari awal terasa bosan karena jalan cerita terkesan lambat, tapi tetiba the twist will pop up. Kalo kalian yang suka selangkah-dua langkah lebih awal ketimbang filmnya berputar, kalian akan merasa kalah karena ternyata e ternyata tebakan yang ada di pikiran kalian salah.

- Bukan terfokus pada si ibu. Film mainstream yang terfokus pada 1 orang, tapi ini film mengambil sudut pandang beberapa orang. Itu yang ngebuat gua awalnya gak suka sama karakter si A, eh pas filmnya ngambil sudut pandang si A jadi merasa kasihan dan gak benci lagi. Sedih akutu dipermainkan.

Unsur Budaya
Nah ini beberapa unsur budaya yang gua ambil, biasanya klise sih dan gue udah tau dari film-film yang lain, tapi ini coba gue tulis. Gue juga bingung namanya ini dikasih sub judul apa, gue kasih aja unsur budaya, karena budaya mereka meskipun di kota kecil ternyata berbeda dengan budaya gue.

- Racist is eveywhere, even in small town. Gue kira kalo kota besar kayak LA, NY itu rasis karena emang penduduknya banyak yang pendatang. Ternyata meskipun di kota kecil tetep ada juga rasisnya.

- People do badmouthing, but still have a good heart. Omongan yang kadang gak sopan dan terang-terangan dilontarin di depan muka orang yang gak disuka, ternyata gak mencerminkan hatinya. Ada aja orang yang sering maki-maki eh tetiba baik ke orang yang sering dimaki.

- Someone who lives with her mom at age 30-40 get bullied. Orang di sana kan gak menganggap pernikah sakral ya. Nah di kota ini ada aja yang jomblo (bukan perjaka) dan masih tinggal sama emaknya. Dan dia fine aja meskipun seluruh kota tau kalo dia masih tinggal sama emaknya.

- Even in liberal country, rape is still happen. Kalo kita ngeliat negara mereka bebas, ternyata masalah rape masih jadi omongan. Gua kira karena suka berhubungan bebas, jadi takada yang namanya rape, salah saya ehehehe.

- Mother and her children meskipun sering berantem, ternyata kalo ada masalah mereka saling bantu, ternyata mereka masih saling sayang. Meskipun cara berbicara mereka disebut "gak baik" karena ujung-ujungnya mereka berantem kalo ngobrol, but still love each other.

Kalo ada respon mengenai film ini tulis aja di kolom komentar, kalo ada yang ngajak diskusi, kritik tulisan ini karena jele bilang aja di kolom komentar. Kalem ae weh.

1 comment:

Ini ceritaku apa komentarmu?

Ikut-ikut


@bilasahil


Follow Me


bilasahil 2010-2021. Powered by Blogger.