Lautan Tanpa Tepi

Kataomoi
Cinta bertepuk sebelah tangan

Lagu yang memiliki unsur majik, karena saat mendengarnya aku dibuat merindu
Rindu kepada siapa tidak ada
Sekedar merindu dan hampa yang tiba di dada

Pertama melihat di youtube
Video klipnya membawa kita pada masa bersantai di ranjang
Sambil mendengarkan lagu dan merindukan dia yang tak sadar akan keberadaan kita
Hal-hal yang sering kita lakukan bukan ketika merindu?
Dengan sebuah smartphone untuk mendengarkan lagu pengiring merindu kemudian mencari-cari tahu apakah kabar dia yang kita rindukan
Menggulir-gulirkan layar sampai rindu semakin menggebu dan ingin menyampaikan padanya
Tetapi...
Siapalah kamu ini

Di tengah-tengah ketenangan malam di mana semua orang yang selalu sepakat.
Sepakat untuk beristirahat dan menjadikannya sunyi.
Jantung yang merespon kesunyian dengan melambatkan detaknya.
Detak yang diinstruksikan otak untuk mengikuti irama jantung mendengarkan lagu indie yang berirama menenangkan.
Irama yang terkadang terlalu tenang dan tiba-tiba mengantarkan kita terlelap.

Jadi gini rasanya gak ngeblog selama setahun-duatahun dan mulai ngeblog lagi

Jadi gini rasanya jadi anak kuliahan setelah setahun penasaran mencoba masuk dunia perkuliahan

Jadi gini rasanya jadi mahasiswa arsitektur yang katanya sleep is for the weak

2 tahun dengan tidak mengupdate blog rasanya biasa aja, tapi 2 tahun tidak menulis cerita beda lagi rasanya. Keinginan menulis cerita sebenarnya masih ada tapi cerita dalam hal yang benar-benar pribadi dan itu tidak ditulis diceritakan di sini. Selama 2 tahun tidak bercerita lagi di blog banyak sekali perbedaanya. Dimulai dari gaya bercerita, penggunaan kata ganti orang aku, saya atau pun gua mulai terasa lebih enak menggunakan kata aku, padahal dulunya sering menggunakan gua. Ini efek kuliah di perantauan yang masih menggunakan kata baku untuk penyebutan orang pertama. Masih banyak yang ingin diceritakan tapi bingung memilih apa yang harus didahulukan.

Berawal dari postingan ini akan menjadi sebuah awalan. Gaya bahasa yang berbeda, isi postingan yang berbeda, yang tetap sama ialah saya sendiri yang masih sendiri. Esok nanti sepertinya akan sama, tak banyak tulisan, sekedar yang terlintas dipikiran yang diceritakan. Tak padat dan memanjang seperti postingan kala dulu. Sekian, lanjut nanti, jika ingin. Jika ingat juga.

Dunia kaligrafi, di mana kebanyakan orang menganggapnya sesuatu yang biasa dan dianggap membosankan untuk ditelusuri. Tetapi, Barakamon justru mengambil tema dasar tentang kaligrafi. Seorang kaligrafer bernama Handa Seishuu yang 'ditendang' ayahnya ke sebuah pulau yang jauh dari kesibukkan kota. Dapatkah seorang kaligrafer berjuang bertahan hidup di sebuah pulau? Apa saja yang ia dapatkan dari pulau tersebut?